Translate

Selasa, 28 Agustus 2012

YANG TERBERKATI DAN YANG TERLAKNAT DI MUKA BUMI

Pada suatu masa, di zaman kegemilangan kemanusiaan tenggelam dan tertutupi oleh kemegahan kegelapan, dimulailah cerita ini. Manusia yang pernah menjadi makhluk yang lebih sempurna dibanding makhluk lainnya berangsur-angsur menjadikan status mereka sederajat dengan hewan. Pencapaian intelektual digunakan untuk peperangan dan penciptaan alat-alat pemuas hawa nafsu. Perenungan dan pemahaman telah melahirkan paham-paham yang aneh dan tidak manusiawi. Manusia terbagi atas kelas-kelas yang berdasarkan kekuatan dan kekuasaan. Tujuan dari peradaban tidak lebih untuk menghancurkan peradaban yang lainnya. Kemuliaan tidak lebih dari banyaknya harta dan jumlah budak yang dimiliki. Keagungan tidak lebih dari keberanian menghilangkan nyawa orang lain demi ambisi dan nafsu duniawi. Kesalehan tidak lebih dari Kepatuhan buta untuk menyembah berbagai Tuhan semu, seperti bintang, tumbuhan, binatang atau makhluk lainnya.
Disuatu daerah, dikawasan yang tandus dan gersang, di suatu wilayah yang telah lama terlupakan dalam sejarah, terdapatlah sebuah negeri. Negeri yang memiliki sejarah gemilang pada masa lampau, negeri tempat bertemunya orang tua dari semua manusia dan tempat dimana Rumah Tuhan berada. Tersebutlah seorang pemuda, yang gagah, baik hati dan berani. Seorang pemuda yang tinggi akhlaknya, namun rendah hatinya. Seorang pemuda yang luas pandangannya, walaupun buta dalam membaca aksara. Bahasanya santun, lakunya sopan. Jujur adalah nama lainnya.
Pemuda itu punya kebiasaan menyendiri. Disebuah gua dipinggir negeri. Hatinya resah ketika berada ditengah masyarakat yang telah kehilangan jati diri. Sering dia bermenung untuk memikirkan tentang alam, manusia dan kebijaksanaan. Akhirnya disuatu malam yang gelap, tatkala dia sedang asik dalam renungannya, Datanglah malaikat kepadanya. Malaikat yang membawa kata-kata Tuhan, dan oleh malaikat firman Tuhan itu dipahat dimulut pemuda itu. Sejarah kemanusiaanpun mencapai titik baliknya. Mulai saat itu terpilihlah pemuda itu menjadi wakil Tuhan di muka bumi, menyebarkan kabar gembira keseluruh alam. Obor kemanusiaan yang telah begitu redup, berangsur-angsur terang kembali dibawah bimbingannya.
Bagaikan gembala, dia menuntun kembali domba-domba tersesat dari cengkraman srigala-srigala kejahatan. Dengan kata-kata Tuhan yang terukir dilisannya, dihalaunya para setan perenggut harga diri. Dan dengan lisannya dibakarlah manusia setengah hewan dalam api pertobatan untuk kembali ke fitrahnya semula menjadi manusia. Dihancurkannya para Tuhan semu, dan mengajak seluruh manusia untuk menyembah Tuhan yang telah mengukir kata-kata-Nya dimulutnya. Nadi duniapun berdenyut, hidup kembali. Setelah sekian lama koma dalam keterasingannya. Dari kawasan yang gersang dan tandus, denyutan itu menjalar keseluruh muka bumi.
Melalui utusan-utusannya, disebarkanlah ajakan menuju keselamatan. Baik ke timur ketempat para penyembah api, maupun kebarat ketempat para pemuja manusia. Ada yang tersadarkan, namun banyak yang masih ingin bergelimang dalam kegelapan. Tidak ada cara lain, perang sucipun dikumandangkan. Perang atas nama Tuhan yang hakiki. Pedang-pedang diasah, busur-busur panah diregangkan, sementara ujung-ujung tombak dipertajam. Tidak ada lagi tempat bagi kuasa gelap, karena yang semestinya berkuasa adalah kebenaran sejati.
Perang di proklamirkan, genderang ditabuh, pedang dihunuskan. Laskar-laskar Tuhan beriringan menuju medan pertempuran. Hidup dalam kebenaran, atau mati dalam kesucian, memperjuangkan sinar pemurnian. Pasukan-pasukan cahaya yang terberkati, berjalan gembira menuju janji Tuhan, menggemparkan seluruh pelosok dunia. Dalam iman yang benar, kekuatan seorang yang tersadarkan tidakkan mampu ditandingi oleh seratus orang pengecut yang berlindung dibalik kepentingan ambisi duniawi. Satu-persatu musuh mereka kalahkan, pelita-pelita kehidupan kembali mereka kobarkan. Duniapun sembuh dari sakitnya yang akut, dan nafas pembaharuan dan penyucian dihembuskan keseluruh muka bumi.
Dunia akhirnya hidup kembali. Janji Tuhanpun digenapkan, kemenangan bagi mereka yang diberkati. Dunia hidup dalam gairah yang baru, gairah surgawi. Negara Tuhan berkuasa dimuka bumi. Peradaban kemanusiaan memiliki wajah baru, wajah pencerahan. Tidak ada lagi tahyul yang menyesatkan, berganti dengan semangat mencari pengetahuan. Tidak ada lagi kekuasaan yang menindas, berganti dengan pemerintahan yang menyantuni rakyatnya. Pondok-pondok pencerahan bertebaran dimana-mana, memuaskan dahaga para pencari kebenaran. Kata-kata Tuhan dihafalkan, direnungkan, lalu dipahami untuk kemudian dibukukan. Para sarjana berkelana mencari guru, untuk kemudian disebarkan keseluruh manusia. Para ahli hukum menyusun undang-undang, untuk kemudian menerapkannya pada masnyarakat. Para prajurit berlatih dengan giatnya, untuk kemudian melindungi agama tercinta. Para raja menyusun kebijaksanaan, untuk kemudian memimpin menuju kesejahteraan.
Dunia larut dalam suka cita. Kecuali suatu daerah, dimana kegelapan masih menyelimuti, dimana para srigala kejahatan bersarang, para setan terlaknatpun berlindung dikawasan itu. Kawasan yang terselubung kabut, tempat tinggal para manusia raksasa, bermata biru dan bertuhankan hawa nafsu. Dikuasai oleh raja lalim dan kepala suku yang kejam. Sementara para pemuka agama silam sibuk mengunci diri dalam menara-menara tinggi, menikmati penindasan terhadap harta orang banyak dan hasil dari ilmu pengetahuan. Kawasan itu tidaklah luas, namun pertumpahan darah selalu terjadi. Kawasan itu tidaklah kaya, namun perebutan kekuasaan selalu terjadi. Sementara bagian dunia lain telah sibuk untuk mempercantik diri, kawasan ini tetaplah murung dalam cengkraman kebodohan dan kerusakan peradaban masa silam. Mereka, para srigala hitam dan setan-setan laknat, menunggu dalam liang-liang gelap mereka. Menunggu kesempatan untuk bangkit kembali.
Waktu berjalan, dan tibalah masa pencobaan dari Tuhan. Karena bagi setiap insan yang beriman akan mendapatkan pencobaan atas imannya. Dunia yang telah demikian indah, pencapaian yang telah demikian tinggi, dan karya-karya peradaban yang demikian agung, telah melenakan manusia. Harta dan tahta kembali menjadi perebutan. Sementara ajaran-ajaran sang pemuda agung yang telah lama wafat, sedikit demi sedikit digerogoti oleh nafsu keduniawian para pemeluknya.
Para srigala kejahatan dan setan-setan durjana menari-nari gembira disekitar api penyembahan berhala dinegeri berkabut. Mereka bersuka cita karena akhirnya cahaya kebenaran meredup kembali. Strategipun disusun, tipu muslihat dirancang dan para pengikut dikerahkan. Dibawah panji-panji agama silam, dibawah pemberkatan semu dari nabi palsu dikumandangkanlah perang terlaknat sepanjang sejarah kemanusiaan. Raja-raja raksasa berdamai dan bahu membahu mencari darah dikawasan terberkati. Sementara para musang berbulu domba disebarkan untuk memecah belah para manusia tersadarkan. Mereka berkumpul bersama dalam sebuah persekutuan dan mengatasnamakan perang untuk damai dan cinta kasih.
Dunia berduka saat satu persatu mercusuar-mercusuar kebenaran terpadamkan cahayanya. Pasukan laknat perlahan namun pasti terus menebar angkara murka; tujuan mereka hanya satu, yaitu mengotori kota tempat dimana Pemuda Agung bertolak kelangit untuk menerima perintah Tuhan.
Sungguh memilukan sejarah yang tercatat saat pasukan terlaknat ini melaksanakan misinya. Bumi Tuhan yang permai tertutupi oleh lengketnya genangan darah dari manusia yang tersadarkan. Wanginya harum kesturi pencapaian kemanusiaan tertutupi oleh busuknya bangkai-bangkai  makhluk Tuhan. Mereka tertawa, mereka bersuka cita, mereka berpesta pora, melampiaskan nafsu birahi terhadap wanita-wanita suci penjaga kehormatan diatas altar-altar pemujaan kepada Tuhan.
Kegelapan dari negeri berkabut menyebar, menutupi cahaya kebenaran yang dipancarkan dari kota-kota milik manusia yang terberkati. Untunglah disuatu masa, ditengah kemuakan atas peradaban laknat ini lahirlah seorang manusia yang telah memilih jalan menjadi Pedang Tuhan. Manusia-manusia yang dulunya pernah tersadarkan dan sekarang sedang bergelimang dalam kebodohan, kembali disatukan kedalam barisan kebenaran. Dari satu pedang yang dihunuskan olehnya, bangkitlah kekuatan yang dalam sejarah kemanusiaan tercatat sebagai kekuatan yang menggemparkan isi muka bumi. Kota sucipun kembali direbut, namun tentu saja dengan cara yang manusiawi. Dia memberikan kebebasan kepada manusia; mengikuti jalan yang diberkati Tuhan untuk kemudian menjadi manusia yang tersadarkan, atau tetap berada dalam kegelapan bertuhankan nabi palsu, srigala kejahatan atau setan-setan kegelapan yang pada akhirnya hanya akan menjadikan manusia tersebut tidak lebih dari hewan-hewan berkaki dua.
Persekutuan laknat akhirnya hancur. Para srigala-srigala lari terpontang-panting menuju liang-liang kegelapan, para setan-setan terkutuk menangis dan berteriak-teriak seperti perempuan kehilangan kesadaran menghujat Tuhan dan para pedangnya sambil terseok-seok kembali kesarangnya. Sementara para raja raksasa terperangah tak percaya dan berjanji bahwa suatu saat nanti mereka kan kembali kenegeri yang terberkati ini. Sekali lagi dunia yang telah tercabik-cabik oleh ulah persekutuan jahat hidup kembali, luka-luka disembuhkan dan cahaya kembali dipancarkan.
Saat para srigala, setan, dan raja raksasa kembali kenegeri mereka yang berkabut, diadakanlah ratapan perkabungan atas kekalahan mereka. Mereka kembali berunding, mereka kembali menyusun kekuatan. Dan dibawah berkat nabi palsu yang diselimuti kuasa gelap, dimulailah babak baru dalam persekutuan jahat untuk kembali menguasai bumi Tuhan. Tanpa rasa malu mereka mengemis dan tanpa rasa bersalah mereka belajar dari manusia-manusia tersadarkan, yang dengan semena-mena pernah mereka perangi. Mulailah mereka mengenal akan manisnya peradapan dan agungnya pencapaian. Namun memang kebenaran tak akan pernah sampai dihati yang diselubungi oleh kegelapan. Walaupun kitab-kitab penyadaran dan ilmu-ilmu pencapaian mereka buka, mereka terjemahkan dan mereka tafsiri, yang mereka dapatkan tak lebih dari pengetahuan dan cara-cara baru untuk membuat alat-alat  penebar teror diatas muka bumi. Persekutuan laknat dan jahat mendapat bentuk baru, bentuk yang dalam sejarah kemanusiaan tercatat sebagai bentuk tergelap yang pernah dicapai oleh manusia.
Bila bumi tengah tak mampu dikuasai, maka sekarang kegelapan diarahkan kebagian bumi yang lain, yaitu bumi timur. Berbekal dari peta-peta kuno para penjelajah masa silam, mereka siapkan armada menuju kepulau-pulau dimana berkah dari langit turun sepanjang masa. Samudra biru lautan bersanding dengan samudra hijau rimba belantara. Kilau emas permata bersanding dengan harum dan manisnya rempah dan hasil bumi. Para penghuni pulau-pulau ini terkenal dengan sikap ramahnya dan kebiasaannya mengagungkan tamu. Maka, sekali lagi dengan restu dari nabi palsu yang senantiasa terselimuti oleh kuasa gelap, para raja-raja raksasa berlomba-lomba untuk menguasai surga di dunia ini. Armada perang berkedok agama masa silam yang sebenarnya tak lebih dari armada perampas kekayaan dan penindas kemanusiaan, kembali dikerahkan.
Keramahan para penghuni pulau surga dijawab dengan semburan angkara murka yang berasal dari meriam-meriam kapal perang. Penjamuan terhadap tamu dibalas dengan hunusan pedang. Keramahan para wanita-wanita penjaga kehormatan dibalas dengan penistaan dan pemerkosaan yang tak mengenal peri kemanusiaan. Podok-pondok pencerahan dari manusia-manusia tercerahkan, dibakar. Digantikan kuil-kuil tempat berhala dan nabi palsu dipuja seperti Tuhan. Kesederhanaan ajaran Kebenaran, digantikan dengan ajaran penyembahan kegelapan yang membingungkan dan penuh dengan kebodohan.
Sejarah kemanusiaan beralih ke kawasan bumi timur ini. Sebab ternyata kawasan bumi tengah pada akhirnya berhasil dikuasai oleh persekutuan jahat ini sekali lagi. Jika dulu mereka menguasainya dengan hunusan pedang, sekarang mereka menguasainya dengan tumpukan uang. Para manusia-manusia tersadarkan yang masih tersisa di bumi tengah sekarang mengharapkan agar kawasan bumi timur dapat menjadi gembala kemanusiaan sebagaimana pada masa dahulu dikawasan bumi tengah pedang Tuhan pernah dilahirkan. Yang lebih menyedihkan, kota tempat Pemuda Agung hidup dimasa silam, tempat para pengikut ajaran kebenaran berziarah kerumah Tuhan, dan tempat dimana berdiri negeri yang berpanjikan nama Tuhan, sekarang ternistakan oleh mesin-mesin uang dari persekutuan jahat dan para penguasanya yang membunuhi para penziarah dari negeri para cendikiawan berasal, dengan berkedok atas nama tuhan kebenaran. Uang tersebut dipergunakan untuk menghancurkan umat terpilih, yaitu umatnya Pemuda Agung yang namanya disebut dan diharumkan diseluruh alam.
Namun sepertinya harapan para manusia-manusia tersadarkan tersebut terhadap bumi timur belumlah dapat diwujudkan, karena para penghuni bumi timur ini sekarang tak lebih dari kurcaci yang merasa dirinya sebagai manusia raksasa. Mereka merasa benar dalam kebodohan mereka, mereka merasa suci dalam kekotoran mereka, mereka merasa agung dalam kenistaan mereka, mereka merasa tercerahkan didalam kesesatan mereka. Mereka merasa bangga ketika mereka menyalahkan kata-kata Tuhan, mereka merasa benar ketika meragukan ajaran pemuda agung. Sementara para wanita yang seharusnya menjaga kehormatan mereka, memamerkan aurat mereka dengan bangga, dan menjualnya dengan harga yang sangat murah; mereka namakan itu kebebasan dan kesetaraan. Di dunia timur yang carut marut ini para manusia tersadarkan yang menyeru pada kebenaran dan persatuan dianggap manusia bodoh dan sesat oleh para wali setan yang mengaku sebagai wali tuhan. Para manusia tersadarkan memang berada dalam kesalahan, kesalahan mereka adalah karena mereka tersadarkan.
Waktu berlalu dan lembar sejarah kemanusiaan masih terbentang. Sekarang biarlah mereka para penghuni dunia timur yang selama ini mengaku sebagai umat terpilih mampu untuk membuktikan gelar mereka tersebut. Dunia tengah telah gagal, sementara dunia barat dikuasai oleh persekutuan jahat nabi palsu dan raja-raja raksasa penindas kemanusiaan. Harapan peradapan manusia sekarang terletak di kawasan bumi timur, apakah mercusuar-mercusuar kebenaran dapat bersinar disini sehingga kapal-kapal peradapan selamat dari karang-karang kebodohan dan penyesatan, ataukah mercusuar-mercusuar tersebut tergantikan oleh api para setan terlaknat yang menuntun manusia menuju jurang kehancuran, sekarang terserah mereka. Apakah bumi akan kembali pulih dari sakitnya atau malah bumi berubah menjadi neraka di dunia, waktu yang akan menjawab …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar