Pada
suatu masa, di zaman kegemilangan kemanusiaan tenggelam dan tertutupi
oleh kemegahan kegelapan, dimulailah cerita ini. Manusia yang pernah
menjadi makhluk yang lebih sempurna dibanding makhluk lainnya
berangsur-angsur menjadikan status mereka sederajat dengan hewan.
Pencapaian intelektual digunakan untuk peperangan dan penciptaan
alat-alat pemuas hawa nafsu. Perenungan dan pemahaman telah melahirkan
paham-paham yang aneh dan tidak manusiawi. Manusia terbagi atas
kelas-kelas yang berdasarkan kekuatan dan kekuasaan. Tujuan dari
peradaban tidak lebih untuk menghancurkan peradaban yang lainnya.
Kemuliaan tidak lebih dari banyaknya harta dan jumlah budak yang
dimiliki. Keagungan tidak lebih dari keberanian menghilangkan nyawa
orang lain demi ambisi dan nafsu duniawi. Kesalehan tidak lebih dari
Kepatuhan buta untuk menyembah berbagai Tuhan semu, seperti bintang,
tumbuhan, binatang atau makhluk lainnya.
Disuatu
daerah, dikawasan yang tandus dan gersang, di suatu wilayah yang telah
lama terlupakan dalam sejarah, terdapatlah sebuah negeri. Negeri yang
memiliki sejarah gemilang pada masa lampau, negeri tempat bertemunya
orang tua dari semua manusia dan tempat dimana Rumah Tuhan berada.
Tersebutlah seorang pemuda, yang gagah, baik hati dan berani. Seorang
pemuda yang tinggi akhlaknya, namun rendah hatinya. Seorang pemuda yang
luas pandangannya, walaupun buta dalam membaca aksara. Bahasanya santun,
lakunya sopan. Jujur adalah nama lainnya.
Pemuda
itu punya kebiasaan menyendiri. Disebuah gua dipinggir negeri. Hatinya
resah ketika berada ditengah masyarakat yang telah kehilangan jati diri.
Sering dia bermenung untuk memikirkan tentang alam, manusia dan
kebijaksanaan. Akhirnya disuatu malam yang gelap, tatkala dia sedang
asik dalam renungannya, Datanglah malaikat kepadanya. Malaikat yang
membawa kata-kata Tuhan, dan oleh malaikat firman Tuhan itu dipahat
dimulut pemuda itu. Sejarah kemanusiaanpun mencapai titik baliknya.
Mulai saat itu terpilihlah pemuda itu menjadi wakil Tuhan di muka bumi,
menyebarkan kabar gembira keseluruh alam. Obor kemanusiaan yang telah
begitu redup, berangsur-angsur terang kembali dibawah bimbingannya.
Bagaikan
gembala, dia menuntun kembali domba-domba tersesat dari cengkraman
srigala-srigala kejahatan. Dengan kata-kata Tuhan yang terukir
dilisannya, dihalaunya para setan perenggut harga diri. Dan dengan
lisannya dibakarlah manusia setengah hewan dalam api pertobatan untuk
kembali ke fitrahnya semula menjadi manusia. Dihancurkannya para Tuhan
semu, dan mengajak seluruh manusia untuk menyembah Tuhan yang telah
mengukir kata-kata-Nya dimulutnya. Nadi duniapun berdenyut, hidup
kembali. Setelah sekian lama koma dalam keterasingannya. Dari kawasan
yang gersang dan tandus, denyutan itu menjalar keseluruh muka bumi.
Melalui
utusan-utusannya, disebarkanlah ajakan menuju keselamatan. Baik ke
timur ketempat para penyembah api, maupun kebarat ketempat para pemuja
manusia. Ada
yang tersadarkan, namun banyak yang masih ingin bergelimang dalam
kegelapan. Tidak ada cara lain, perang sucipun dikumandangkan. Perang
atas nama Tuhan yang hakiki. Pedang-pedang diasah, busur-busur panah
diregangkan, sementara ujung-ujung tombak dipertajam. Tidak ada lagi
tempat bagi kuasa gelap, karena yang semestinya berkuasa adalah
kebenaran sejati.
Perang di proklamirkan, genderang ditabuh, pedang dihunuskan. Laskar-laskar Tuhan beriringan menuju medan
pertempuran. Hidup dalam kebenaran, atau mati dalam kesucian,
memperjuangkan sinar pemurnian. Pasukan-pasukan cahaya yang terberkati,
berjalan gembira menuju janji Tuhan, menggemparkan seluruh pelosok
dunia. Dalam iman yang benar, kekuatan seorang yang tersadarkan tidakkan
mampu ditandingi oleh seratus orang pengecut yang berlindung dibalik
kepentingan ambisi duniawi. Satu-persatu musuh mereka kalahkan,
pelita-pelita kehidupan kembali mereka kobarkan. Duniapun sembuh dari
sakitnya yang akut, dan nafas pembaharuan dan penyucian dihembuskan
keseluruh muka bumi.
Dunia
akhirnya hidup kembali. Janji Tuhanpun digenapkan, kemenangan bagi
mereka yang diberkati. Dunia hidup dalam gairah yang baru, gairah
surgawi. Negara Tuhan berkuasa dimuka bumi. Peradaban kemanusiaan
memiliki wajah baru, wajah pencerahan. Tidak ada lagi tahyul yang
menyesatkan, berganti dengan semangat mencari pengetahuan. Tidak ada
lagi kekuasaan yang menindas, berganti dengan pemerintahan yang
menyantuni rakyatnya. Pondok-pondok pencerahan bertebaran dimana-mana,
memuaskan dahaga para pencari kebenaran. Kata-kata Tuhan dihafalkan,
direnungkan, lalu dipahami untuk kemudian dibukukan. Para sarjana berkelana mencari guru, untuk kemudian disebarkan keseluruh manusia. Para ahli hukum menyusun undang-undang, untuk kemudian menerapkannya pada masnyarakat. Para prajurit berlatih dengan giatnya, untuk kemudian melindungi agama tercinta. Para raja menyusun kebijaksanaan, untuk kemudian memimpin menuju kesejahteraan.
Dunia
larut dalam suka cita. Kecuali suatu daerah, dimana kegelapan masih
menyelimuti, dimana para srigala kejahatan bersarang, para setan
terlaknatpun berlindung dikawasan itu. Kawasan yang terselubung kabut,
tempat tinggal para manusia raksasa, bermata biru dan bertuhankan hawa
nafsu. Dikuasai oleh raja lalim dan kepala suku yang kejam. Sementara
para pemuka agama silam sibuk mengunci diri dalam menara-menara tinggi,
menikmati penindasan terhadap harta orang banyak dan hasil dari ilmu
pengetahuan. Kawasan itu tidaklah luas, namun pertumpahan darah selalu
terjadi. Kawasan itu tidaklah kaya, namun perebutan kekuasaan selalu
terjadi. Sementara bagian dunia lain telah sibuk untuk mempercantik
diri, kawasan ini tetaplah murung dalam cengkraman kebodohan dan
kerusakan peradaban masa silam. Mereka, para srigala hitam dan
setan-setan laknat, menunggu dalam liang-liang gelap mereka. Menunggu
kesempatan untuk bangkit kembali.
Waktu
berjalan, dan tibalah masa pencobaan dari Tuhan. Karena bagi setiap
insan yang beriman akan mendapatkan pencobaan atas imannya. Dunia yang
telah demikian indah, pencapaian yang telah demikian tinggi, dan
karya-karya peradaban yang demikian agung, telah melenakan manusia.
Harta dan tahta kembali menjadi perebutan. Sementara ajaran-ajaran sang
pemuda agung yang telah lama wafat, sedikit demi sedikit digerogoti oleh
nafsu keduniawian para pemeluknya.
Para
srigala kejahatan dan setan-setan durjana menari-nari gembira disekitar
api penyembahan berhala dinegeri berkabut. Mereka bersuka cita karena
akhirnya cahaya kebenaran meredup kembali. Strategipun disusun, tipu
muslihat dirancang dan para pengikut dikerahkan. Dibawah panji-panji
agama silam, dibawah pemberkatan semu dari nabi palsu dikumandangkanlah
perang terlaknat sepanjang sejarah kemanusiaan. Raja-raja raksasa
berdamai dan bahu membahu mencari darah dikawasan terberkati. Sementara
para musang berbulu domba disebarkan untuk memecah belah para manusia
tersadarkan. Mereka berkumpul bersama dalam sebuah persekutuan dan
mengatasnamakan perang untuk damai dan cinta kasih.
Dunia
berduka saat satu persatu mercusuar-mercusuar kebenaran terpadamkan
cahayanya. Pasukan laknat perlahan namun pasti terus menebar angkara
murka; tujuan mereka hanya satu, yaitu mengotori kota tempat dimana Pemuda Agung bertolak kelangit untuk menerima perintah Tuhan.
Sungguh
memilukan sejarah yang tercatat saat pasukan terlaknat ini melaksanakan
misinya. Bumi Tuhan yang permai tertutupi oleh lengketnya genangan
darah dari manusia yang tersadarkan. Wanginya harum kesturi pencapaian
kemanusiaan tertutupi oleh busuknya bangkai-bangkai makhluk
Tuhan. Mereka tertawa, mereka bersuka cita, mereka berpesta pora,
melampiaskan nafsu birahi terhadap wanita-wanita suci penjaga kehormatan
diatas altar-altar pemujaan kepada Tuhan.
Kegelapan
dari negeri berkabut menyebar, menutupi cahaya kebenaran yang
dipancarkan dari kota-kota milik manusia yang terberkati. Untunglah
disuatu masa, ditengah kemuakan atas peradaban laknat ini lahirlah
seorang manusia yang telah memilih jalan menjadi Pedang Tuhan.
Manusia-manusia yang dulunya pernah tersadarkan dan sekarang sedang
bergelimang dalam kebodohan, kembali disatukan kedalam barisan
kebenaran. Dari satu pedang yang dihunuskan olehnya, bangkitlah kekuatan
yang dalam sejarah kemanusiaan tercatat sebagai kekuatan yang
menggemparkan isi muka bumi. Kota
sucipun kembali direbut, namun tentu saja dengan cara yang manusiawi.
Dia memberikan kebebasan kepada manusia; mengikuti jalan yang diberkati
Tuhan untuk kemudian menjadi manusia yang tersadarkan, atau tetap berada
dalam kegelapan bertuhankan nabi palsu, srigala kejahatan atau
setan-setan kegelapan yang pada akhirnya hanya akan menjadikan manusia
tersebut tidak lebih dari hewan-hewan berkaki dua.
Persekutuan laknat akhirnya hancur. Para
srigala-srigala lari terpontang-panting menuju liang-liang kegelapan,
para setan-setan terkutuk menangis dan berteriak-teriak seperti
perempuan kehilangan kesadaran menghujat Tuhan dan para pedangnya sambil
terseok-seok kembali kesarangnya. Sementara para raja raksasa
terperangah tak percaya dan berjanji bahwa suatu saat nanti mereka kan
kembali kenegeri yang terberkati ini. Sekali lagi dunia yang telah
tercabik-cabik oleh ulah persekutuan jahat hidup kembali, luka-luka
disembuhkan dan cahaya kembali dipancarkan.
Saat
para srigala, setan, dan raja raksasa kembali kenegeri mereka yang
berkabut, diadakanlah ratapan perkabungan atas kekalahan mereka. Mereka
kembali berunding, mereka kembali menyusun kekuatan. Dan dibawah berkat
nabi palsu yang diselimuti kuasa gelap, dimulailah babak baru dalam
persekutuan jahat untuk kembali menguasai bumi Tuhan. Tanpa rasa malu
mereka mengemis dan tanpa rasa bersalah mereka belajar dari
manusia-manusia tersadarkan, yang dengan semena-mena pernah mereka
perangi. Mulailah mereka mengenal akan manisnya peradapan dan agungnya
pencapaian. Namun memang kebenaran tak akan pernah sampai dihati yang
diselubungi oleh kegelapan. Walaupun kitab-kitab penyadaran dan
ilmu-ilmu pencapaian mereka buka, mereka terjemahkan dan mereka tafsiri,
yang mereka dapatkan tak lebih dari pengetahuan dan cara-cara baru
untuk membuat alat-alat penebar
teror diatas muka bumi. Persekutuan laknat dan jahat mendapat bentuk
baru, bentuk yang dalam sejarah kemanusiaan tercatat sebagai bentuk
tergelap yang pernah dicapai oleh manusia.
Bila
bumi tengah tak mampu dikuasai, maka sekarang kegelapan diarahkan
kebagian bumi yang lain, yaitu bumi timur. Berbekal dari peta-peta kuno
para penjelajah masa silam, mereka siapkan armada menuju kepulau-pulau
dimana berkah dari langit turun sepanjang masa. Samudra biru lautan
bersanding dengan samudra hijau rimba belantara. Kilau emas permata
bersanding dengan harum dan manisnya rempah dan hasil bumi. Para
penghuni pulau-pulau ini terkenal dengan sikap ramahnya dan
kebiasaannya mengagungkan tamu. Maka, sekali lagi dengan restu dari nabi
palsu yang senantiasa terselimuti oleh kuasa gelap, para raja-raja
raksasa berlomba-lomba untuk menguasai surga di dunia ini. Armada perang
berkedok agama masa silam yang sebenarnya tak lebih dari armada
perampas kekayaan dan penindas kemanusiaan, kembali dikerahkan.
Keramahan
para penghuni pulau surga dijawab dengan semburan angkara murka yang
berasal dari meriam-meriam kapal perang. Penjamuan terhadap tamu dibalas
dengan hunusan pedang. Keramahan para wanita-wanita penjaga kehormatan
dibalas dengan penistaan dan pemerkosaan yang tak mengenal peri
kemanusiaan. Podok-pondok pencerahan dari manusia-manusia tercerahkan,
dibakar. Digantikan kuil-kuil tempat berhala dan nabi palsu dipuja
seperti Tuhan. Kesederhanaan ajaran Kebenaran, digantikan dengan ajaran
penyembahan kegelapan yang membingungkan dan penuh dengan kebodohan.
Sejarah
kemanusiaan beralih ke kawasan bumi timur ini. Sebab ternyata kawasan
bumi tengah pada akhirnya berhasil dikuasai oleh persekutuan jahat ini
sekali lagi. Jika dulu mereka menguasainya dengan hunusan pedang,
sekarang mereka menguasainya dengan tumpukan uang. Para
manusia-manusia tersadarkan yang masih tersisa di bumi tengah sekarang
mengharapkan agar kawasan bumi timur dapat menjadi gembala kemanusiaan
sebagaimana pada masa dahulu dikawasan bumi tengah pedang Tuhan pernah
dilahirkan. Yang lebih menyedihkan, kota
tempat Pemuda Agung hidup dimasa silam, tempat para pengikut ajaran
kebenaran berziarah kerumah Tuhan, dan tempat dimana berdiri negeri yang
berpanjikan nama Tuhan, sekarang ternistakan oleh mesin-mesin uang dari
persekutuan jahat dan para penguasanya yang membunuhi para penziarah
dari negeri para cendikiawan berasal, dengan berkedok atas nama tuhan
kebenaran. Uang tersebut dipergunakan untuk menghancurkan umat terpilih,
yaitu umatnya Pemuda Agung yang namanya disebut dan diharumkan
diseluruh alam.
Namun
sepertinya harapan para manusia-manusia tersadarkan tersebut terhadap
bumi timur belumlah dapat diwujudkan, karena para penghuni bumi timur
ini sekarang tak lebih dari kurcaci yang merasa dirinya sebagai manusia
raksasa. Mereka merasa benar dalam kebodohan mereka, mereka merasa suci
dalam kekotoran mereka, mereka merasa agung dalam kenistaan mereka,
mereka merasa tercerahkan didalam kesesatan mereka. Mereka merasa bangga
ketika mereka menyalahkan kata-kata Tuhan, mereka merasa benar ketika
meragukan ajaran pemuda agung. Sementara para wanita yang seharusnya
menjaga kehormatan mereka, memamerkan aurat mereka dengan bangga, dan
menjualnya dengan harga yang sangat murah; mereka namakan itu kebebasan
dan kesetaraan. Di dunia timur yang carut marut ini para manusia
tersadarkan yang menyeru pada kebenaran dan persatuan dianggap manusia
bodoh dan sesat oleh para wali setan yang mengaku sebagai wali tuhan. Para manusia tersadarkan memang berada dalam kesalahan, kesalahan mereka adalah karena mereka tersadarkan.
Waktu
berlalu dan lembar sejarah kemanusiaan masih terbentang. Sekarang
biarlah mereka para penghuni dunia timur yang selama ini mengaku sebagai
umat terpilih mampu untuk membuktikan gelar mereka tersebut. Dunia
tengah telah gagal, sementara dunia barat dikuasai oleh persekutuan
jahat nabi palsu dan raja-raja raksasa penindas kemanusiaan. Harapan
peradapan manusia sekarang terletak di kawasan bumi timur, apakah
mercusuar-mercusuar kebenaran dapat bersinar disini sehingga kapal-kapal
peradapan selamat dari karang-karang kebodohan dan penyesatan, ataukah
mercusuar-mercusuar tersebut tergantikan oleh api para setan terlaknat
yang menuntun manusia menuju jurang kehancuran, sekarang terserah
mereka. Apakah bumi akan kembali pulih dari sakitnya atau malah bumi
berubah menjadi neraka di dunia, waktu yang akan menjawab …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar